
Nama Pirlo menjadi terkenal setelah ia bermain bagi AC Milan. Selama 10 tahun masa pengabdiannya di San Siro, sudah cukup banyak gelar yang ia persembahkan bagi Rossoneri. Namun, banyak yang menyangka bahwa karirnya bakal habis ketika Milan tak lagi memperpanjang kontraknya pada tahun 2011 lalu. Walau demikian, playmaker gaek ini membuktikan bahwa dirinya belum habis setelah gabung Juventus.
Ia bahkan kian mengukuhkan namanya sebagai salah satu gelandang terbaik di Eropa dan juga dunia. Ia membawa Juve bangkit di Serie A dengan meraih Scudetto, serta memimpin skuad Italia berbicara banyak di level dunia. Sayangnya, walau berhasil membawa Azzuri tampil di partai puncak Euro 2012, namun ia tak kuasa membendung keperkasaan sang raja Eropa, spanyol. Pengakuan akan kehebatan Pirlo sendiri terbukti melalui ajang Ballon d'Or edisi tahun 2013. Ia menjadi satu-satunya pemain Italia yang dinominasikan ke dalam penghargaan prestisius tersebut.
9 . Roberto Baggio

a adalah salah satu penyerang terbaik yang pernah dimiliki oleh Italia. Walau demikian, karirnya tak selalu melaju dengan mulus. Ada saatnya ia terbuang dari tim besar, namun bisa kembali bersinar terang dengan tim barunya. Contohnya adalah saat ia keluar dari AC Milan pada tahun 1997 dan berkarir di Bologna. Kendati tak berkembang di bawah asuhan Arrigi Sacchi di San Siro, namun, bersama klub barunya itu, ia menjadi sosok idola para fans.
Di Bologna, ia berhasil mencetak 22 gol. Ia pun berhasil mengangkat timnya itu dari papan bawah, ke posisi ke delapan klasemen Serie A. Performanya bersama Bologna sendiri kala itu sangat impresif, sehingga membuat ia terpanggil ke timnas Italia untuk bermain di Piala Dunia 1998. Selain itu, performanya juga membuat raksasa Serie A lainnya, yakni Internazionale, kesengsem, dan merekrutnya.
8 . Esteban Cambiasso

Bersinar di Argentina, Cambiasso pun langsung ditarik oleh Real Madrid ke Santiago Bernabeu. Namun, selama dua tahun di klub tersebut, ia kerap menjadi penghangat bangku cadangan saja. Padahal, sejatinya saat itu El Real butuh sosok gelandang jangkar sepeninggal Claude Makelele. Alhasil, pada tahun 2004, ia pun hengkang ke Internazionale.
Hingga saat ini, ia sudah tampil sebanyak lebih dari 400 kali bagi Inter. Ia termasuk salah satu gelandang terbaik di Serie A. Ia juga menjadi salah satu kunci Nerrazurri meraih treble winners pada tahun 2010 di bawah asuhan Jose Mourinho. Salah satu Piala yang ia raih saat itu adalah trofi liga Champions. Prestasi itu kian istimewa lantaran ia juga mencetak satu gol di partai puncak kompetisi paling bergengsi di Eropa itu. Gelandang plontos ini juga berperan besar dalam kesuksesan timnya merih titel Scudetto empat musim berturut-turut.
7 . Fernando Llorente

Kemampuannya sebagai seorang penyerang sudah tak diragukan lagi. Di La Liga, ia adalah sosok pemain yang ditakuti. Ia pun juga menjadi anggota timnas Spanyol. Saat kontraknya habis di Athletic Bilbao, ia pun memutuskan untuk gabung Juventus pada awal musim 2013-2014 ini.
Pada awalnya, ia sempat kesulitan beradaptasi dengan sepakbola Italia. Namun, secara perlahan, ia mampu menyesuaikan diri, dan bisa menjadi kartu as kala Bianconeri mengalami kebuntuan dalam mencetak gol. Jika sudah kian menyatu dalam permainan rekan-rekannya, maka, ia akan kembali merajalela seperti saat masih di Bilbao. Sekarang pun, jika tak terpeleset, Juventus bakal ia antarkan untuk meraih Scudetto kembali.
6 . Markus Babbel

Usai memperkuat Bayern Munich, ia menyeberang ke Inggris pada tahun 2000, tepatnya ke salah satu raksasa Premier League, Liverpool. Di musim pertamanya, ia menuai banyak kesuksesan. Sebagai salah satu bek kanan terbaik di Eropa saat itu, ia berhasil membuat tembok tangguh di lini belakang The Reds bersama Sami Hyppia. Tak hanya solid di belakang, namun, ia juga piawai juga dalam menyerang.
Ia pun menjadi bagian dari skuad yang sukses memenangkan tiga trofi, alias treble winners pada musim tersebut. Liverpool meraih trofi Piala FA, Piala Liga dan Piala UEFA. Babbel sendiri sempat pula menyumbangkan sebiji gol di laga final kompetisi terelit kedua di benua Biru tersebut. Namun sayang, kecemerlangannya berakhir pada musim berikutnya karena serangan virus Guillain-Barre Syndrome. Ia pun terpaksa absen semusim sebelum akhirnya hijrah ke Blackburn Rovers.
5 . Sol Campbell

Bek tangguh ini menjadi andalan Tottenham sebelum akhirnya menyeberang ke Arsenal, klub yang termasuk sebagai rival klasik Spurs, pada tahun 2001 silam. Alhasil, karena kepindahannya itu, ia pun hingga kini dicap sebagai 'Judas.'
Saat bersama Spurs, bek yang juga menjadi andalan timnas Inggris ini minim prestasi. Namun, ia menuai kesuksesan setelah bermain bagi The Gunners. Ia membantu skuad asuhan Arsene Wenger itu meraih dua trofi Premier League plus tiga Piala FA dan runner-up Liga Champions. Ia bahkan termasuk salah satu pilar penting yang membuat Arsenal meraih rekor tak terkalahkan dalam kurun waktu semusim lebih pada tahun 2003-2004 silam.
Setelah ia hengkang dengan gratis dari Arsenal pun, ia masih bisa memberikan penampilan yang solid bagi klub yang dibelanya, yakni Portsmouth.
4 . Michael Ballack

Pada tahun 2006 silam, gelandang haus gol asal Jerman ini diidam-idamkan oleh Real Madrid dan juga Manchester United ketika lepas dari Bayern Munich. Namun, pada akhirnya, ia justru menjatuhkan pilihannya pada Chelsea yang saat itu dibesut oleh Jose Mourinho.
Pada musim pertamanya di Stamford Bridge, ia tak banyak memberikan pengaruh besar pada Chelsea lantaran terganggu cedera engkel. Akan tetapi, pada musim 2007-2008, ia langsung membuktikan kualitasnya pada para fans dan Mourinho. Musim itu, ia membawa The Blues masuk partai final Liga Champions dan menjadi penantang serius bagi Manchester United dalam perebutan gelar juara Premier League.
Walau gagal membawa Chelsea merajai level Eropa, namun Ballack masih bisa membawa timnya meraih kesuksesan di liga domestik. Salah satu keberhasilannya adalah membawa The Blues meraih titel juara Premier League pada musim 2009-2010.
3 . Henrik Larsson

Bomber asal Swedia ini sempat menghabiskan waktu selama dua musim di Barcelona FC usai kontraknya berakhir di Celtic pada tahun 2004 silam. Namun, dalam waktu yang relatif singkat itu, ia bisa membawa Barca memenangkan dua titel La Liga, Piala Super Spanyol dan sebuah trofi Liga Champions.
Walau cedera ligamen lutut dan kehadiran Samuel Eto'o membatasi peluangnya untuk tampil di skuad utama, namun ia masih bisa memberikan efek yang maksimal saat ia diturunkan. Contohnya saat ia menjadi inspirasi bagi Barca di partai final Liga Champions tahun 2006. Ia sukses membawa Blaugrana membalikkan keadaan ketika tertinggal 0-1 dari Arsenal walau ia hanya memulai laga dari bangku cadangan.
Kehadiran sosok Larsson tersebut bahkan menuai pujian dari legenda Arsenal, Thierry Henry. Pemain asal Prancis itu mengatakan bahwa Larsson berhasil mengubah jalannya pertandingan. "Dialah yang menyudahi laga tersebut. Kadang kala, anda membahas tentang Ronaldinho dan Eto'o dan para pemain yang setipe dengan mereka berdua, Anda perlu membahas pesepakbola yang tepat yang bisa membuat perbedaan dalam sebuah laga, dan sosok itu malam ini adalah Henrik Larsson."
2 . Steve McManaman

Gelandang sayap andalan Liverpool ini menandatangani kontrak lima tahun bersama Real Madrid pada tahun 1999 silam. Ia menolak tawaran The Reds untuk memperpanjang kontraknya, plus menolak godaan dari Barcelona FC, Lazio, Internazionale dan Juventus demi Los Blancos.
Di Madrid, ia tak lagi banyak dimainkan di sektor sayap, namun lebih digeser ke tengah. Hasilnya tak mengecewakan. Ia termasuk pilar El Real saat berhasil meraih dua titel juara La Liga, Piala Super Eropa, Piala Dunia antar Klub dan dua trofi Liga Champions. Bahkan, di final edisi tahun 2000, ia turut pula menyumbangkan satu gol.
1 . Robert Lewandowski

Memasuki bulan Januari 2014 ini, kontrak Lewandowski hanya tersisa enam bulan di Borussia Dortmund. Alhasil, ia pun bebas menentukan klub mana yang akan ia perkuat musim depan. Ia pun sudah menjatuhkan pilihannya, yakni ke klub rival Dortmund, Bayern Munich.
Die Roten jelas beruntung mendapatkan jasa bomber asal Polandia ini, secara gratis musim depan. Seperti yang diketahui, Lewy adalah salah satu sosok Dortmund bisa bersaing di papan atas Bundesliga, plus melaju ke partai final Liga Champions musim lalu. Salah satu contoh kehebatannya adalah saat ia mencetak 4 gol sekaligus ke gawang klub sekelas Real Madrid di babak semifinal kompetisi paling bergengsi di Eropa tersebut.
Di Munich nanti, ia bakal didukung oleh barisan pemain yang kualitasnya merata di setiap lini, plus dipoles oleh pelatih sekaliber Josep Guardiola. Jika saat di Dortmund saja yang kualitas para punggawanya dianggap masih selevel para punggawa Bayern, maka, hampir pasti Lewy bakal kian ganas di klub barunya nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar